Minggu, 19 Juni 2011

Siang tadi jemput anak di pesantren.
Lebih awal dari sekolah lain liburnya. Saat ketemu, seperti biasa cium tangan dan ngobrol ringan. Lalu... anakku bicara, "Aa mau ngomong, tapi bunda jangan marah ya...." Pikiranku dan nebak, ilang duit lagi dech.... Dan ternyata bener !!!
Memang sih... uang santri itu seharusnya dititipkan di pembimbing, cuma masalahnya itu bukan uang pribadi, dia diamanatin untuk pegang uang teman2nya. Dan uang itu seharusnya akan diberikan untuk membayar kekurangan pesanan baju seragam anak Fasi (atau OSIS kl di sekolah umum). 
Aku sms suamiku, "Yanda... Aa ilang duitnya Rp 190.000,- Mana... bukan uang sendiri lagi..." Suami bales sms, "Koq hilang uang terus sih..!!! Bilang ke pimpinan pesantrennya.. dong..!! Bukan nilainya tapi jiwa pencurinya itu loh..!!"
Ini memang bukan kali pertama anakku hilang uang. Aku sedikit terbakar dengan jawaban sms suamiku. YA betul, marah... Aku titipkan anakku mondok di pesantren untuk dapat pendidikan yg baik. Tapi koq ? Boleh lah... mereka bisa bangga dengan mencetak para penghafal Al Qur'an, apalagi tadi acara wisuda nya dihadiri Gubernur Jawa Barat. Tapi di sisi lain.... dari sekian banyak orang tua santri yang hadir, aku... aku mempertanyakan moral anak2 itu.

Aku minta maaf kl ada yg tersinggung. Inilah faktanya....
Saat itu, aku langsung bicara dengan ketua pembinaan kesiswaan. Aku tau kondisinya ga bisa fokus untuk bicara banyak. Tapi kl aku tunda2, terlebih dah masuk masa liburan, kasus ini akan menguap dan dianggap tidak pernah terjadi. Biarlah ini jadi PR buat mereka. Aku juga ngga tau solusinya gimana. Buatku... aku sudah lapor kejadiannya, habis perkara...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar